Kamis, 26 Maret 2015

Harga Minyak di Asia Melonjak Terpicu Isu Yaman

Berita Harga Minyak di Asia Melonjak Terpicu Isu Yaman diterbitkan March 26, 2015 at 04:33PM



INILAHCOM, Singapura - Harga minyak dunia melonjak lebih dari lima persen di Asia, Kamis (26/3/2015), setelah jet Arab Saudi menyerang sasaran pemberontak di Yaman, meningkatkan kekhawatiran krisis di negara itu dapat mengancam produsen minyak mentah utama di Timur Tengah.


Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, naik 2,87 dolar AS atau 5,83 persen menjadi 52,08 dolar AS per barel, sementara minyak mentah Brent untuk penyerahan Mei naik 2,90 dolar AS atau 5,13 persen, menjadi 59,38 dolar AS dalam perdagangan sore.


Pada Rabu, WTI telah naik 1,70 dolar AS di perdagangan New York dan Brent naik 1,37 dolar AS di perdagangan London, menyusul berita bahwa Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi dilarikan ke "tempat yang aman" setelah sebuah pesawat tempur menyerang kompleks kepresidenan.


Yaman berbatasan langsung dengan produsen minyak utama Arab Saudi, yang pada Rabu malam melancarkan serangan terhadap pemberontak Huthi dalam upaya membantu menyelamatkan pemimpin Yaman yang diperangi karena negara tersebut terperosok ke ambang perang saudara.


Yaman telah dicengkeram oleh meningkatnya gejolak sejak pemberontak Syiah Huthi melancarkan pengambilalihan kekuasaan di Sanaa pada Februari. "Ketegangan geopolitik di Yaman mendorong harga minyak lebih tinggi," tutur Daniel Ang, seorang analis investasi Phillip Futures di Singapura, mengatakan kepada AFP.


"Yaman bukan produsen besar tetapi merupakan pusat perdagangan di wilayah tersebut sehingga ketegangan di sana dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas perdagangan untuk produk-produk energi di wilayah tersebut." United Overseas Bank Singapura mengatakan pasar khawatir bahwa "ketidakstabilan politik di Yaman dapat mengancam produsen-produsen minyak penting di Timur Tengah".


Harga minyak dunia telah jatuh sekitar 60 persen sejak Juni, karena produksi AS yang kuat memperburuk produksi tinggi oleh kartel OPEC. [tar]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laman