Kamis, 26 Februari 2015

Peran Pasar Modal Syariah di Infrastruktur Naik

Berita Peran Pasar Modal Syariah di Infrastruktur Naik diterbitkan February 26, 2015 at 08:45PM



INILAHCOM, Jakarta - Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mengemukakan bahwa kontribusi pasar modal syariah terhadap pembangunan infrastruktur Indonesia meningkat seiring dengan bertambahnya nilai penerbitan surat utang syariah (sukuk).


Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kementerian Keuangan, Suminto di Jakarta, Kamis (26/2/2015) memperkirakan porsi sukuk yang diterbitkan pemerintah pada 2015 ini dapat mencapai 20 persen dari total penerbitan surat berharga oleh pemerintah Indonesia yang diproyeksikan sebesar Rp451 triliun. "Tahun lalu, sekitar 18 persen dari total Rp430 triliun 'gross issuer' atau surat utang negara diterbitkan," paparnya.


Ia mengemukakan bahwa saat ini pemerintah sedang menawarkan sukuk ritel (sukri) seri SR 007 tahun 2015 bertenor tiga tahun yang mulai dipasarkan pada 23 Februari-6 Maret 2015. Dalam tiga hari, sejak 23-25 Februari, sudah terpesan sekitar Rp11,9 triliun atau sekitar 60 persen dari target total yang diterbitkan sebesar Rp20 triliun dari sekitar 18.000 investor.


"Pembeliannya berdasarkan kartu tanda penduduk (KTP), minimum pesanan sebesar Rp5 juta dan maksimum Rp5 miliar per orang. Tingkat imbal hasil sukri SR 007 sebesar 8,25 persen per tahun" ucapnya.


Ia memaparkan dana dari penerbitan sukri SR 007 itu akan digunakan untuk proyek infrastruktur seperti pelebaran jalan, pembangunan "fly over", "underpass", pembangunan jembatan baru, pembangunan atau pelebaran jalan di kawasan strategis, perbatasan, dan beberapa proyek lainnya.


Suminto menambahkan bahwa agen penjual sukri SR 007 terdiri atas 17 bank, baik konvensional maupun syariah dan lima perusahaan efek (sekuritas).


"Diharapkan penerbitan sukri dapat mengubah pola masyarakat dari 'saving oriented society' menjadi 'investment oriented society'. Jadi ada misi 'financial inclusion'-nya dalam rangka membangun masyarakat keuangan modern," katanya.


Suminto menilai bahwa likuiditas sukri di pasar reguler hampir sama dengan obligasi ritel. Rata-rata transaksi harian sukri di pasar sekunder baik di BEI maupun luar bursa sekitar Rp500 miliar. [tar]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laman